Sunday 18 October 2009

PAUD, Antara Belajar dan Bermain

Oleh:

Alfin Khaeruddin Puad



Permudahlah mereka dan jangan mempersulit, gembirakanlah mereka dan janganlah berbuat sesuatu yang menyebabkan mereka menjauhi kamu. (HR. Bukhari)

Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (lihat pasal 1 butir 14).

Membina anak yang usianya di bawah enam tahun tentunya memerlukan kecakapan yang khusus. Betapa tidak, anak-anak yang tergolong pada tingkatan usia tersebut sedang asyik-asyiknya bermain, dan itu memang dunianya. Bahkan bagi sebagian anak, apabila mereka dipanggil oleh orang tuanya untuk sekedar makan atau mandi sekalipun, susahnya beak karep (sangat susah). Dengan demikian, apabila ada lembaga pendidikan yang mengelola anak-anak apapun bentuknya yang terlalu menekankan kemampuan belajar (baca, tulis, hitung) di tingkatan usia tersebut, secara tidak sadar mereka sedang merampas dunianya.

Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan metode belajar yang efektif. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Intinya adalah bagaimana mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Diakui atau tidak, ketika anak merasa senang dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik.

Sekedar contoh, bagi anak-anak yang sedang belajar menghafal kata-kata yang berlawanan seperti kata maju – mundur, seorang tutor dapat melakukannya sambil memainkan ayunan, belajar kata atas – bawah dapat dilakukan dengan memantul-mantulkan bola dan mengucapkan "jika bola dilempar ke atas pasti akan jatuh ke bawah", belajar kata tinggi – rendah dengan berdiri kemudian berjongkok sambil menyanyikan lagu-lagu yang menyenangkan. Bagi anak-anak yang sedang menghafal anggota badan, seorang tutor dapat menanyakannya melalui permainan tebak-tebakan. Siapa yang lebih dulu menjawab dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Sasaran yang dibidik di sini bukan semata-mata pada permainannya, namun tingkat konsentrasi anak dan kegembiraan yang menyertainya.


Kemampuan Dasar Anak

Sebenarnya pada saat anak dilahirkan ke dunia, ia telah membawa potensi dan potensi bawaan inilah yang dalam istilah Islam lebih dikenal sebagai fitrah. Dengan kata lain, fitrah dapat pula dipahami sebagai kemampuan dasar, kecenderungan-kecenderungan yang murni bagi setiap individu, lahir dalam bentuk sederhana dan sangat terbatas kemudian saling mempengaruhi dalam dan oleh lingkungannya sehingga tumbuh dan berkembang menjadi baik.

Berdasarkan teori tersebut, seorang anak perlu diberi banyak rangsangan pada masa kecil khususnya empat tahun pertama agar ia belajar dan menyerap banyak hal. Tahun-tahun pertama ini juga merupakan kesempatan yang ideal bagi anak-anak untuk belajar mengenal lebih dari satu bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa saat terbaik untuk mengembangkan kemampuan belajar adalah sebelum masuk jenjang pendidikan dasar, karena sebagian besar jalur penting di otak dibentuk pada tahun-tahun awal tersebut. Dalam hal ini, orang tua memegang peranan sangat penting dalam meletakkan fondasi bagi pengembangan kemampuan belajar anak.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika sejak 14 abad yang lalu Muhammamad Rasulullah Saw. dalam hal ini posisinya sebagai pendidik sukses (muaddib) telah bersabda bahwa: tiada satu pemberian pun yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik. (HR. Tirmidzi)

Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Maka sebagai konsekuensi logisnya, apabila ada orang tua atau tutor dalam sebuah lembaga pendidikan yang menjuluki anaknya atau anak didiknya sebagai si bodoh, maka kemungkinan besar ia akan menjadi bodoh. Sebutan-sebutan yang kurang baik (menghina) kepada anak-anak, disamping menciptakan suasana pendidikan yang tidak humanis juga akan berdampak fatal dan dapat mengganggu perkembangan psikologisnya.


Beri Rangsangan Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Target belajar adalah perubahan tingkah laku. Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Belajar tidak hanya dipahami sebatas pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Rangsanglah anak-anak dengan memperbanyak latihan fisik yang menggunakan tangan dan kaki seperti merangkak, memanjat, dsb. Sewaktu-waktu, seorang tutor perlu memberi kesempatan pada anak-anak binaannya untuk belajar dari kesalahah, yaitu melalui trial and error (coba – salah). Anak-anak biasanya suka pada tantangan, bereksperimen, mencipta yang baru, dan mencari tahu cara bekerjanya sesuatu. Oleh karenanya, sangat penting bagi seorang tutor untuk memperluas dunia anak-anak, tidak terbatas hanya di dalam ruangan saja.

Dalam kesempatan lain, anak-anak juga sering bertanya tentang hal-hal yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh mereka. Kaitannya dengan hal ini dibutuhkan kesabaran seorang tutor untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan mereka. Kurang bijak jika seorang tutor menanggapi pertanyaan anak-anak dengan mengatakan: "Hidep teu kenging seueur tataros, engke oge upami tos dewasa mah bakal terang nyalira". Apabila hal ini sampai terjadi, sebenarnya seorang tutor sedang mematikan rasa ingin tahu anak-anak. Padahal rasa ingin tahu ini merupakan motivasi yang paling penting dalam proses belajar.

Faktor emosi sangat penting dalam proses pendidikan. Ketika suatu pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat dalam ingatan. Dengan demikian, dibutuhkan kreatifitas seorang tutor untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak-anak untuk belajar, misalnya melalui cerita, warna, humor segar, dan lain-lain.


# Penulis adalah pengelola PAUD Assalam Yayasan Pendidikan Widya Utami Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

No comments:

Post a Comment

Haura Hikmah Muta'aaliyah

Add caption Haura Hikmah Muta'aaliyah  (Kado Terindah Bagi Kami) oleh: Alfin Khaeruddin Puad Haura Hikmah Muta'...