Thursday 15 October 2009

Hidup Manusia, antara Sandiwara & Nyata

Oleh:
Alfin Khaeruddin Puad
(Pojok Cikunten, 14 Oktober 2009)

Walaupun kehidupan di dunia ini hanya merupakan permainan atau sebuah panggung sandiwara yang tidak menafikan besarnya peran seorang sutradara di belakang layar, namun pementasan sandiwara tersebut tidak akan pernah sukses jika tidak dimainkan oleh aktor yang profesional. Profesionalitas dalam hal apapun sedemikian rupa tidak akan terwujud tanpa adanya latihan yang serius, sehingga paling tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Untuk sebuah pementasan sandiwara yang bagus, seorang aktor harus senantiasa mengikuti skenario yang telah disiapkan oleh sutradara.

Melihat sedemikian pentingnya unsur profesionalitas dalam sebuah pementasan sandiwara, proses hidup dan kehidupan manusia pun yang bukan sekedar sandiwara harus dijalani dengan lebih profesional agar dirinya dapat menemukan makna hidup yang sempurna. Walaupun kesempurnaan itu tidak akan pernah tercapai, namun paling tidak manusia harus bisa membuktikan kesempurnaan penciptaan atas dirinya apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Ia dianugerahi akal untuk digunakan sesuai fungsinya.

Manusia diberi kesempatan untuk selalu belajar demi mewujudkan tujuan hidupnya. Perlu diketahui bahwa penggunaan akal dalam mencapai sebuah keinginan tidak bisa bekerja begitu saja tanpa disertai bimbingan dan arahan hati nurani. Boleh jadi, apabila akal dibiarkan semaunya bekerja, ia akan memanfaatkan kecerdikannya untuk sebuah perbuatan yang negatif, karena pengaruh nafsu lebih dominan. Namun sebaliknya, jika hati nurani terus membimbing dan mengarahkan peran kerja akal, maka hal-hal positif yang selalu tercermin, karena selamanya hati nurani tidak akan pernah berdusta.

No comments:

Post a Comment

Haura Hikmah Muta'aaliyah

Add caption Haura Hikmah Muta'aaliyah  (Kado Terindah Bagi Kami) oleh: Alfin Khaeruddin Puad Haura Hikmah Muta'...